Kamis, 15 Maret 2012

Surat Ayah


“  Ayah dengarkanlah aku ingin berjumpa walau air mata dipipiku, ayah dengarkanlah aku ingin berjumpa walau hanya dalam mimpi.”
“Oke listeners sejati sebuah lagu lama dari Panbers baru saja kita putar, lagu khusus yang di request Sarah di Malang untuk ayah tercintanya, buat Sarah semoga cepat ketemu sama ayah tercinta ya J.”
Hari ini, aku mengunci diri di dalam kamar.Alunan lagu yang baru saja terdengar dari radio memang sengaja kuminta untuk diputar, aku ingin ayah mendengarkan lagu itu, aku ingin ayah tahu bahwa aku merindukannya, aku ingin ayah pulang, aku ingin ayah yang seperti dulu, aku ingin ayah yang selalu ada saat aku sedih. Hari ini, tepat 3 tahun ayah meninggalkan kami,aku, ibu dan adikku Lintang. Lagu ini membuatku teringat akan peristiwa 3 tahun yang lalu ketika tiba tiba segerombolan polisi datang ke rumah kami dan menangkap ayah. Aku, ibu, dan Lintang adikku sama sekali tak mengerti apa salah ayah,setahuku ayah adalah ayah yang baik, apa salah ayah? Apa yang telah ayah lakukan? Ya, ayahku kini adalah seorang narapidana, ayah dituduh melakukan pencurian di perusahaannya. Ribuan kalimat pembelaan yang terlontar tetap tak dapat melepaskan ayah dari hukumannya. Aku percaya ayahku bukan seorang pembohong, aku percaya ayahku bukan seorang pencuri. Tapi toh semua kepercayaanku juga tak dapat membebaskan ayah dari hukumannya.Aku masih ingat waktu itu, wajah manis ayah menatapku, ayah mengakui bahwa ia memang telah melakukan pencurian itu. Wajahku berubah pucat, aku tertunduk lemas, seketika semua keperayaanku hilang, kupandangi ibu, wajahnya yang cantik berubah menjadi sedih, aku tak mau melihat ibu menangis, aku tak mau melihat ibu murung. Lintang adikku hanya diam, ia sama sekali tak menangis, ia sama sekali tak menunjukkan kesedihan, ia hanya diam memandang dalam mata ayah.Aku masih ingat ketika itu aku berusia 11 tahun, dan Lintang adikku ,berusia 9 tahun, dan hari itu adalah hari ulang tahun Lintang, itulah mengapa sampai saat ini Lintang tak pernah menyukai ulang tahunnya, Lintang sangat membenci ulang tahunnya. Aku, ibu, ayah dan Lintang tinggal dalam keluarga yang sederhana, kami selalu merasa cukup tak pernah merasa kekurangan, ibu membuka warung kecil di depan rumah dan ayah adalah seorang karyawan swasta.Meskipun hidup dalam keluarga yang sederhana, kami selalu merasa bahagia.
Aku mengambil hp di saku bajuku, kuputar sebuah lagu…………….
“ Timang timang anakku sayang jangan menangis, bapak disini…..”
Aku menangis terisak, ayah sering menyanyikan lagu itu ketika aku masih kecil. Aku sekarang menangis, tapi dimana ayah? Ayah tak ada disini? Ayah tak ada disampingku? Kata ayah, ia ak selalu ada disampingku, tapi mana? Dimana ayah? Aku tambah terisak. Aku menyesal, aku merasa menjadi orang yang paling jahat. Kalau saja waktu itu, aku tidak memberikan tagihan uang sekolah itu pada ayah mungkin sekarang ayah sedang bersamaku disini. Ya, ayah mencuri uang dari perusahannya untuk membayar uang sekolahku, jumlahnya tidak sedikit dan harus dibayar dalam minggu itu, ayah tak mau jika harus berhutang….
Seharusnya aku yang harus dihukum, bukan ayah. Aku sungguh jahat, aku seharusya tak memberikan tagihan itu, aku seharusnya tetap menyimpannya di dalam tasku
Hujan turun, aku masih mengunci diri di dalam kamar sambil memandangi hujan dari kaca jendela kamarku. Kutuliskan sebuah nama pada kaca jendela, nama yang selalu memberiku semangat, nama yang selalu menghiburku saat dimarahi ibu. Aku masih menangis, aku memutar lagu kencang – kencang, aku tak mau orang lain mengusik kesedihanku. Tiba – tiba pintu kamarku terbuka
“ Mbak Sar, apa kau baik baik saja? “, ucap Lintang dengan suaranya yang lirih
“ Mbak gak apa apa dek, mbak baik baik saja.”
“ Tapi tapi mata mbak sembab, mbak habis nangis ya? Hayo kenapa? Diputusin pacarnya ya? Andakke ibuk andakke ibuk.”
“Lintang, mbak gak apa apa, udah sana keluar!”
“ Yah, padahal Lintang mau cerita sesuatu sama mbak, Lintang malu mbak, Lintang malu banget!”
“Kenapa malu, kan pakai baju? “ selera humorku masih saja muncul disaat serius
” Ini serius mbak, tadi Lintang ditanya sama guru pekerjaan ayah Lintang apa? Kok di identitas kesiswaan masih kosong? Lintang bingung mbak mau jawab apa, Lintang malu temen temen tahu kalau ayahnya Lintang itu narapidana!”
“ Tapi itu kan kenyataannya Lintang? Mau apa lagi, ayah memang seorang narapidana, NARAPIDANA!”
” Lintang gak mau punya ayah seorang narapidana, dia bukan ayah Lintang, ayah Lintang udah mati!”
“Lintang……………….. kamu itu, tata kramamu dijaga, itu memang kenyataan yang gak bisa dipungkiri, toh semua orang juga udah tahu!”bentakku pada Lintang
“ Gak, Lintang gak punya ayah seorang pencuri, Lintang gak mau punya ayah seorang pembohonng. Ayah Lintang udah mati, MATI!”
“Lintang….!”
Aku membentak Lintang, iya benar benar sudah keterlaluan. Lintang terisak,tangisnya lirih namun sanggup membuat ibu merasakannya.
“ Ada apa nduk, malam malam kok teriak teriak?” Tanya ibu kepadaku
Belum sempat aku menjawab. Ibu menolah kearah Lintang dan menyaksikannya menangis
“ Ada apa nduk?” ucap ibu lirih
Lintang malah tambah terisak. Tangisnya memecah keheningan malam itu
“ Lintang malu buk, Lintang malu punya bapak seperti ayah, Lintang gak mau Lintang gak mau, dia bukan ayah Lintang, ayah Lintang udah MATI!”
“ Lintang, jaga bicaramu di depan ibu, kamu gak pantes bilang kayak gitu”aku tambah naik darah dengan sikap Lintang malam ini. Lintang tak seharusnya mengatakan itu, ia seharusnya tau bagaimana persaan ibu. Aku tak ingin membuat ibu menangis lagi. Aku tak ingin wajah cantiknya dihiasi dengan air mata, aku ingin wajah cantiknya, dihiasi dengan uluman senyumnya yang khas, senyum magisnya yang membuat setiap kesedihanku lenyap hanya denga melihat senyumnya.Kuperhatikan raut wajah ibu, tak ada kesedihan dalam wajahnya. Aku merasa sedikit lega. Ibu tersenyum dan menjawab pertanyaan Lintang
“ Sudah Sarah tak apa, Lintang dengarkan ibu, ibu tau kamu malu ibu pun juga seperti itu, mbakmu juga pasti malu. Tapi Lintang, kamu tau? Narapidana itu adalah ayahmu, ayahmu Lintang, dia memnag seorang pencuri  tapi dia bukan pembohong. Suatu saat kau akan tahu Lintang dia adalah ayah terbaik , kau akan bangga punya ayah sepertinya, kamu tahu Lintang? Nun jauh disana, di Jakarta ayah selalu berdoa untukmu, ia selalu mengirimimu surat kan? Tapi kau tak pernah membacanya, kamu tahu Lintang? Di dalam salah satu suratnya ayah bilang kalian berdua adalah semangatnya”
Ibu menyodorkan sepucuk surat padaku dan pada Lintang,beliau menunjukkan sebuah kalimat agar aku dan Lintang membacanya
“Kalian tau? Setiap malam ayah selalu memandangi bintang, ayah selalu membayangkan bahwa sinar bintang itu adalah kalian, ayah selalu membayankan bahwa kerlip bintang itu adalah kalian . Ayah selalu ingat Sarah dan Lintang,kalian adalah semangat ayah, kalian adalah sinar dan kerlip bintang itu. Ayah tau ayah memang jauh dari kalian, tapi kamu tau? Lagu yang kaunyanyikan, bintang yang kauilhat itu adalah ayah? jadilah sinar bintang untuk ayah. Ayah juga akan selalu menjadi bintang untuk kalian. jaga ibu baik baik ya, janagn biarkan ibu bersedih, jangan biarkan senyum magisnya hilang oleh kesedihan.”
Aku tak mampu berkata apa apa. Sekarang aku yakin, meskipun jauh ayah selalu ada untukku, aku yakin meskipun jauh dari kami ayah pasti mengucap ketulusan doa untuk kami keluarganya. Aku dan Lintang memeluk erat ibu. Hujan malam ini, benar-  benar menjadi saksi bisu. Kehangatan pelukan ibu, seolah – olah membuatku merasakan ayah ada disini bersama kami. Ibu mengulum senyum, yah ayah benar senyum ibu memang magis, senyumnya lembut penuh ketulusan
25 Desember 2011
“ We wish you merry Christmas we wish you merry Christmas and happy newyear….”
Hari ini adalah natal ke – 3 kami tanpa ayah, tapi natal kali ini sungguh bermakna, kami yakin ayah selalu ada disini dihati kami J
“ Merry Christmas ayah, semoga ayah selalu diberi yang terbaik oeh Tuhan “ aku menelepon ayah
“ Merry Christmas too Sarah,Lintang, dan istriku “ ucap ayah dengan senyum lembutnya
Ibu menggandengku dan Lintang untuk berdoa pada Sang Bunda. Aku duduk bersila dan membuat tanda Salib, kupejamkan mataku dan aku berdoa. Aku tahu doa dapat mengubah segala sesuatu. Aku yakin, natal tahun besok ayah akan ada disamping kami, duduk bersila, dan berdoa bersama kami.

Maria Cintia Sasami



Tidak ada komentar:

Posting Komentar